Sabtu, 07 Mei 2011

iseng nulis cerita

“ RAPOT CINTA DI 16 APRIL “

Sebenarnya masih belum percaya kalau aku saat ini sedang memakai seragam berwarna putih abu dengan jilbab yang menjadi keindahan dan ciri kaum muslim, tapi memang inilah kenyataannya bahwa aku sekarang sudah resmi menjadi siswi SMA di sebuah sekolah swasta yang tergolong elite di kota yang memiliki julukan kota hujan. Namaku Varinta tapi semua orang memanggilku dengan nama nta cukup singkat bukan. Dalam hidupku, aku selalu ingin mencoba untuk tersenyum dalam berbagai situasi yang sedang aku hadapi, entah itu sedih atau pun senang.
Aku masih sangat ingat, hari pertamaku masuk sekolah belum ada sesuatu hal yang menarik, dan semua hari-hariku terasa sama seperti hari-hari sebelumnya. Namun sisi baiknya entah mengapa, di SMA aku merasa bersemangat dalam mengejar prestasi dan cita-citaku menjadi seorang dokter anak, padahal sewaktu aku masih mengenakan seragam putih biru semua itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku. Lama – lama aku terbiasa dengan teman-teman sekelasku, aku juga mulai akrab dan juga mulai bisa menilai karakter dari masing-masing teman-temanku. Sahabat yang pertama aku miliki di SMA bernama Maulida (teman sewaktu SD yang sekarang setelah terpisah 3 tahun, sekarang menjadi teman sekelas dan sebangku di SMA), dan lalu lambat laun tapi pasti aku mulai mengenal Nanda (nda), Hutami dan teman-teman yang lain.
Belum pertengahan semester satu, cowo bernama Risan yang juga teman sekelasku mencoba untuk mendekati aku, padahal dia tahu kalau aku sudah memiliki pacar, setiap hari Risan selalu memberikan perhatiannya bahkan setiap waktu. Tapi enggak jarang dia bikin jengkel dengan bikin gossip yang menurutku gossip murahan, gossip yang menyatakan kalau aku sama dia pacaran. Padahal sebenarnya teman-temanku tahu kalau saat itu aku sudah memiliki seorang pacar, walaupun hubunganku dan pacarku sedang tidak baik saat itu namun aku akan selalu mencoba menjaga perasaannya. Pernah sewaktu sehabis apel senin di sekolah dia mendekatiku dan mengajakku ngobrol walau sesaat.
“ Hei Nta…” sapa Risan yang berniat untuk mengagetkanku
“ Eh San, ada apa? Tumben banget San nyapa gue, biasanya aja sombong banget” sahut ku
“ Yaelah gak papa kali, nanti pulang bareng yu…di anterin sampe rumah deh”. Katanya dengan muka memaksa
“ Makasih, tapi enggak ah…gua masih bisa naik angkot sendiri kok”.
“ Yaudah deh” dia berlalu meninggalkan aku
Dalam hati aku berbisik “ Idih jadi cowo gampang marah banget, gimana orang mau suka,jangan-jangan dia perhatian sama gua awal-awal aja lagi, lama-lama males juga deh temenan sama orang pemarah kayak gitu”.
Tidak ada rahasia yang aku sembunyikan dari sahabat-sahabatku pada Maulida, Hutami maupun nda, selain mereka, aku pun memiliki sahabat cowo di kelas namanya Al ( teman sekelas, anak basket tapi sekarang pindah eskul ke bulu tangkis, dan juga seorang pendengar yang sangat baik untuk ukuran seorang cowo ). Hampir setiap hari, aku ceritakan masalahku tentang seseorang bernama Icad ( dia adalah teman SMP, pacarku, dan dia sekarang sekolah di sekolah negeri terkenal di kota bogor).
“ Ikh…sebel banget deh sama dia, dia tuh enggak bisa ngertiin gue, maunya apa gue enggak ngerti” kataku sesambil curhat sama Al.
Saat itu aku memang masih berstatus pacaran dengan Icad, dalam keadaan di gantung hubungannya (sungguh mengenaskan dan menjengkelkan) sedangkan Al setahuku dia sedang dekat dengan teman satu sekolah, namun hanya beda kelas dengan kita.
“ Kenapa Nta, cerita aja dulu soal dia bukan? Kenapa lagi? “ katanya mencoba menjadi seorang pendengar yang baik
“ Iah gimana gue enggak kesel coba, dia tuh udah bener-bener ngelupain gue kayaknya. Bayangin aja deh gue sms enggak pernah di bales, gue telepon enggak pernah di angkat, gue chat lewat facebook enggak pernah dia bales, gimana enggak batin coba gue. Gue pingin banget beresin semua ini tapi dia yang enggak beres kayaknya.” Curhatku dengan nada yang sedikit emosi.
“ Yasudah sabar aja Nta, mending kamu ajak ketemuan aja terus di omongin aja semuanya biar enggak terlalu berlarut-larut, kan kasian ke kamunya juga“ katanya dengan bahasa yang dewasa
“ Yayayaya….gue bakal coba deh makasih yah buat saran dan udah mau dengerin curhatan gue”
“ Okay….no problem laaahh” jawabnya dengan santai
Di antara teman-teman cowo di kelas, Al memang orang yang sangat ku percaya saat itu bahkan sampai sekarang. Disaat aku sedang banyak masalah dia selalu ada untuk mendengarkan curhatku, keluhanku. Aku saat itu kagum sama dia, dia sahabat terbaikku sama seperti Maulida dan Nda.
Semester satu telah berlalu, sekarang aku sudah masuk pada awal semester dua yang juga menjadi akhir antara hubunganku dengan Icad. Pertemuanku saat itu di tempat les bahasa Inggris, menjadi tempat perpisahan aku dengan dia. Mungkin memang bukan dia yang terbaik untuk hatiku. Setelah aku pisah dengan Icad, Entah kenapa dan bagaimana, aku malah semakin dekat dengan Al, memang aneh tapi inilah yang terjadi. Kedekatanku dengannya membuatku berfikir, apakah mungkin kalau aku yang kagum sama Al menjadi sayang sama dia? Aku hanya bisa berkata dalam hati, lama-lama, aku cerita kepada sahabatku Maulida dan Nda.
“ Lida, gimana nih. Aku tuh bener-bener takut apa yang di fikiran aku malah menjadi kenyataan.” curhatku
“ Emang kenapa Nta?” Tanya Maulida yang mungkin masih bingung dengan pernyataanku yang secara tiba-tiba
“ Aku tuh enggak tau dan enggak ngerti bagaimana caranya, tapi aku juga enggak pernah bisa bohong sama diri aku sendiri, kalau aku kayaknya bukan cuman kagum sekarang sama Al tapi juga sayang”
“ HAH… yakin Nta, inget Nta teman kita si Nisa juga kan suka sama Al, malah dia curhat ke gue katanya sayang sekarang, kenapa enggak yang kaka kelas aja Nta? Si Hadi?”
Memang teman sekelasku yang bernama Nisa juga sayang sama Al, keliatan sewaktu kita sekelas main ke rumahku tiba-tiba saja Nisa memeluk aku dan nangis, aku masih ingat banget dia nangis karena apa?. Nisa nagis, karena sehabis baca sms Al yang dari cewe, mungkin cewe yang dia suka. Awalnya aku sempat mau berfikir kalau dia bukan untukku. Memang saat itu juga ada kaka kelas bernama Hadi temannya Nisa yang katanya menyukaiku, tapi enggak ada yang bisa semudah itu memasuki hatiku termasuk kaka kelas yang bernama Hadi itu.
“ Tapi Nta kalau kamu memang suka atau sayang sama dia, coba di omongin aja…jangan di pendem takutnya dia enggak tahu perasaan kamu dan kamu malah nyesel nanti.” Pernyataan dan dukungan dari sahabatku ini tiba-tiba keluar dari mulutnya.
Hal yang sama pun terjadi saat aku cerita kepada Nda tentang perasaanku, Nda pun mendukung. Walaupun begitu aku enggak boleh gegabah, aku coba memendam perasaanku demi menjaga perasaan Nisa. Jujur aku enggak mau ribut cuman soal masalah cowo. Dalam hatiku biarkan aja deh ngalir kayak air di sungai.
Suatu hari, aku enggak sadar kalau aku mengatakan sesuatu yang seharusnya enggak boleh aku katakan ke dia, dan bagaimana caranya aku pun jadi pusing sendiri. Aku bilang ke dia kalau aku sayang sama dia, dan dia menjawab kalau dia takut mengecewakan orang lain. Seharusnya aku sudah tau, dan sadar dari awal. Saat itu aku benar-benar kecewa, namun disaat aku kecewa Hadi datang, dan aku pun menerima dia menjadi pacarku, ku fikir dia akan bisa mengobati kekecewaanku, ternyata sebaliknya Di Hari Jum`at dia malah membuatku semakin kecewa dengan menembak sahabatku sendiri, Nisa. Saat aku mengetahui hal itu, aku pun langsung mengambil keputusan terbaik untuk aku, Hadi, dan Nisa. Aku menelepon Hadi sekitar jam 3 sore.
“ Assalamualaikum, ini Hadi yah?”
“ Iah kenapa?” dengan nada yang kedengarannya sudah males banget nerima telepon dari aku.
“ Aku mau kita udahin aja hubungan yang aneh banget kayak gini.”
“ Kenapa? Kok kamu gitu, kamu tuh enggak ngerti perasaanku, gimana sayangnya aku ke kamu.” Katanya dengan nada sedikit menekan.
“ Maaf tapi kamu kan udah bilang suka ke cewe kan, jadi yaudahlah kita lebih cocok ade kaka aja kali.”
“ Suka sama sayang itu beda neng…aku cuma suka aja sama dia kalau sayang yah ke kamu.”
Dari situ aku dan dia terlibat pada dialog yang panjang dan kami sama-sama mempertahankan prinsip kami masing-masing. Tapi akhirnya Hadi mau mengalah, dan hubungan kami pun selesai sampai disitu. Orang yang pertama mengetahui putusnya aku sama Hadi itu Al dan kaka-kaka ku.
Mulai dari situlah, aku kembali disadarkan bahwa aku tetap memiliki rasa yang sama untuk Al, Hadi yang aku fikir bisa menggantikan posisi Al ternyata tidak bisa, dia sama saja dengan pacar-pacarku yang dulu. Tanpa di sangka Al mengatakan sesuatu yang enggak pernah aku duga selama ini, dia mengatakan kalau dia sayang sama aku, aku benar-benar kaget dan enggak tau harus ngomong apa?. Mulai saat itu aku merasa kalau Al benar-benar merasakan sayang itu. Aku juga belum pernah menyayangi seseorang sampai seperti ini.
Seminggu dari kejadian tersebut, aku harus melewati Ujian Tengah Semester atau UTS. Sedangkan aku belum mempersiapkan apa pun untuk UTS kali ini. Saat UTS aku satu ruangan dengan Al, kerjasama saat ulangan menjadi andalan jika saat-saat terdesak, apa lagi saat ulangan bahasa Arab.
“ Ssssttt……udah belum?” Tanya nda yang duduk tepat di depanku.
“ belum nda, ngarti pan gua nda…ni kertas masih bersih nda.” Jawabku dengan suara berbisik.
“ Sssstttt….nta sudah belum.” Tanya Al dari sisi kiri
“ Belum…masih bersih, kamu?” jawabku
“ iah sama.”
Tapi enggak lama Al dapat kertas contekan yang dibawa Nda. Sebentar dia menyalin jawaban, dia langsung memberi kertas itu kepadaku.
“ Nta, mau liat enggak?” Tanya nya berniat untuk membantu
“ Boleh.” Jawabku
Aku yang benar-benar baru pertama kali waktu ujian mencontek benar-benar terlihat kaku, panik, aneh.
“ mukanya jangan panik gitu Nta, nanti kamu ketahuan.” Kata Al dengan suara sangat pelan
“ Ooh…iah hehehe.” Jawabku sambil senyum
Seminggu pun berakhir dan UTS pun juga berakhir. UTS sekarang aku enggak yakin bisa mendapat nilai yang bagus, tapi yasudahlah semua sudah menjadi bubur, waktu juga tidak akan bisa terulang lagi. Rapot UTS akan di bagikan tanggal 17 April, dan tanggal tersebut akan menjadi tanggal tersial aku karena mendapat nilai jelek. Al selalu menenangkan hatiku, dia selalu mencoba membuat aku tenang di hari-hari terberat yang sedang aku lewati.
Tidak terasa waktu terus berjalan dan besok adalah tanggal 16 April yang berarti lusa adalah pembagian rapot UTS tanggal 17 April. Perasaanku semakin enggak karu-karuan, bener-bener campur aduk seperti es campur tapi es campur yang ini rasanya benar-benar enggak enak.
Hari itu adalah hari yang membuatku tidak tenang di sekolah, hari jum`at 16 April. Aku yang sedang menekuni hobi ku membuat cerpen dan aku yang memiliki inspirasi tentang kisah cintaku sendiri tapi sampai saat itu aku belum dapat menemukan ending pada cerpenku dan selain itu besok adalah pembagian rapot untuk UTS. Inginku meloncatkan tanggal langsung ke tanggal 18 April, tapi itu tidak akan mungkin bisa.
Hari ini tanggal 16 April, di sekolah dari pagi sampai pulang sekolah, hatiku tidak bisa setenang air yang mengalir. Sepulang sekolah aku ada jadwal ekskul Web Design, saat sedang menunggu ekskul tiba-tiba saja Al memanggilku di dekat parkiran motor.
“ Nta, mau ngomong sesuatu.” Katanya sambil menyapa aku
“ Apa?”
Ekh tapi dia tiba-tiba di panggil guru bahasa sunda, dimintai tolong membelikan cappuccino di kantin akhirnya aku disuruh menunggu sebentar.
“ Nta, tunggu sebentar yah?”
Enggak lama kemudian dia datang, dan mengajakku ke pojok tepatnya sih di depan ruang BK, disana juga ada Maulida dan Sena pacarnya.
Di tempat itu dia ngomong sesuatu yang tidak aku percaya.
“ Nta, gimana cerpennya?”
Dia tahu tentang aku yang sedang menulis cerpen.
“ Emmm belum selesai, belum dapet ide lagi ?”
“ Gimana kalau aku bantu untuk penutupnya?” kata Al yang membuat semuan kalimatya menjadi teka teki.
“ Maksudnya?”
“ Kamu mau enggak jadi pacarku?” Tanya nya, dengan muka yang sedikit terlihat malu dan grogi.
“ Emm, iah aku enggak bisa nolak kamu” aku pun menjawab dengan malu-malu
Akhirnya hari yang aku tunggu-tunggu itu pun tiba, tanggal 16 April sepulang sekolah di depan ruang BK, dan akhirnya juga hubungan aku dan dia bukanlah hubungan tanpa status lagi, melainkan hubungan resmi sebagai pacar, walaupun besok aku harus mendapat rapot hasil UTS yang mungkin tidak memuaskan, tapi setidaknya hari ini tepat tanggal 16 April aku sudah menerima rapot yang semuanya berwarna merah, penuh kebahagiaan, dan penuh kasih sayang dan rapot itu bernama rapot cinta. Harapan yang sama antara aku dan dia adalah semoga kami akan selalu ada di hati bukan hanya ada di pikiran belaka. Semua dilakukan dengan hati yang kemudian akan berujung kebahgaiaan.
Sebagian kisah cintaku yang mungkin tak akan pernah ku lupa. Semua akan selalu tersimpan di hati walau harus ada yang tersakiti tapi inilah konsekuensi cinta sebenarnya  .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar