Sabtu, 07 Mei 2011

"Surat Hati Tara"

(lanjutan cerita... still in part 1 )

Rangga hanya senyum-senyum sambil menggaruk-garuk kepala.
“He..he...he...Tara...” kata Rangga yang malu setengah mati setelah di membuka kostum.
“Rangga, kamu ngapain.... konyol banget, sama sekali enggak lucu.”
Tara terlihat marah dan lupa bahwa tadi dia tertawa karena tingkah badut Minnie.
“Vya... kita pulang yuk.”
Tara menarik tangan Vya untuk mengajaknya pergi dari tempat tersebut dengan alibi pulang kerumah. Tara merasa kesal sama ulah Rangga yang mempermalukan dirinya sendiri. Tara tahu bagaimana Rangga, tapi kenapa harus berlaku mempermalukan diri sendiri seperti badut. Namun Rangga tidak berdiam diri untuk membiarkan Tara pergi, alasan yang pasti adalah untuk menghibur hati Tara. Namun sayang sekali karena Tara tidak mengerti akan hal itu. Rangga pun menarik tangan Tara seraya berkata.( suasana cafe pun menjadi hening, dan semua mata tertuju pada mereka bertiga.)
“Maaf jika aku mempermalukan kamu dan mempermalukan diriku sendiri, namun ini bukan semata-mata hal konyol yang tidak berarti. Aku melakukan ini, karena aku tidak ingin kamu bersedih mengingat masa lalu. Aku tahu yang kamu rasakan. Makanan yang kamu pesan saja masih belum tersentuh sedikit pun. Maafin aku sekali lagi, aku hanya ingin melihat aku bahagia.” kata Rangga menjelaskan sambil menundukan kepala merasa menyesal.
Namun tiba-tiba saja Tara terdiam mendengar penjelasan Rangga. Tara pun mengambil mayonis dari atas meja dan mencoretnya ke muka Rangga yang basah karena keringat. Tara pun tersenyum sambil berkata.
“Ini akibatnya karena kamu udah bohongin aku.” ucap Tara
“Kamu enggak marah?”tanya Rangga yang masih bingung.
“Looh ngapain marah.... kan dari tadi kita tertawa.... iah enggak Vya?” goda Tara.
“Iah ka.” ucap Vya
“Makasih Tara..... you`re my soulmate.”ucap Rangga sambil memeluk Tara
“iah... tapi tolong yah di lepas... kita kan bukan mukhrim Rangga, tapi sebenarnya aku kesal banget sama perubahan kamu tadi... habisnya menghilang tiba-tiba enggak pamit dulu.” ucap Tara
Ucapan Tara dan tingkahnya yang mencoret Rangga dengan mayonis kembali mencairkan suasana cafe. Vya pun tertawa melihat tingkah konyol kedua kaka angkatnya itu. Sejak hari itu Vya sudah menganggap Tara dan Rangga adalah kakanya.
Hari sudah menjelang senja, tidak terasa waktu bergulir sangat cepat. Tara pun sudah harus bergegas ke rumah Keysha karena sudah ada janji untuk belajar sebelumnya. Namun di balik itu semua Tara memiliki rasa cemas tentang Vya.
“Ade... ka Rangga anter kamu kerumah yah, nanti kita main bersama lagi.” ucap Rangga
“iyah Vya, kita antar kamu sampai rumah yah.” ucap Tara.
“Oke deh ka... tapi kaka janji yah sama Vya nanti kita main lagi.”
“Iah sayang, kaka janji, rumah kamu dimana?.” ucap Tara.
“Rumah aku di desa Harirasa jalan Pecur no 13”ucap Vya
“Loh tapi ini kan kota, kamu kesini naik apa?”
“Aku diantar sama tante centil...tapi dia ninggalin aku, katanya hari ini aku mau dijemput sama temannya tante centil.”
Tara sangat prihatin dengan keadaan Vya. Dia masih kecil tapi sudah dikenalkan pada pekerjaan yang sebenarnya tidak layak untuk seumuran dia. Selain itu dia juga harus tinggal serumah dengan ibu tiri yang sepertinya tidak menyayanginya. Tara kembali bersyukur karena tidak tingga bersama ayah dan ibu tirinya, mungkin kejadiannya akan lebih parah dari Vya, pikirnya.
“yasudah sekarang semua masuk mobil, Tara enggak apa-apa kan kalau aku mengatar Vya dulu?”ucap Rangga.
“Jelas enggak apa-apa lah” ucap Tara.
Mereka pun akhirnya masuk ke dalam mobil. Tujuan pertama adalah mengantar Vya barulah setelah itu mengantar Tara kerumah Keysha. Selama perjalanan Tara dan Vya tertidur pulas di tempat duduk belakang. Tara yang tertidur pulas karena mungkin kecapean sampai-sampai tidak mendengar ada suara telephone dari dalam tasnya. Rangga yang mendengar suara telephone Tara bermaksud untuk mengangkatnya, takutnya telephone itu penting. Rangga pun menghentikan mobilnya sejenak untuk mengambil handphone yang ada di tas Tara.
“Assalamualaikum, hallo ini dengan siapa yah?” tanya Rangga di telephone sambil kembali menyetir mobilnya.
“walaikumsalam, ini nomer hp Tara yah?”
“Iyah, kebetulan Tara nya lagi tidur. Ada apa yah?” ucap Rangga
“oh gitu... ini Keysha, tolong sampaikan saja kalau untuk 2 minggu kedepan saya tidak bisa les karena mau keluar kota dulu.” ucap Keysha.
“oh kamu Key, ini Rangga.... siip nanti dibilangin.
“Makasih yah Rangga.”
“tttuuuuttttt...” telephone pun terputus.
Tara masih tertidur dalam keletihannya, sedangkan Rangga terbingung-bingung mencari alamat rumah Vya yang tersembunyi. Rangga pun berusaha bertanya pada setiap orang yang dia temui. Rangga yang melihat pulasnya tidur Tara dan Vya merasa takut mereka kedinginan dalam mobil. Akhirnya Rangga mengambil selimut yang ada di mobilnya dan mengenakannya secara perlahan penuh dengan kasih sayang. Tara dan Vya terlihat seperti kaka dan adik yang tidur sangat nyenyak. Rangga pun sangat bahagia melihat suasana seperti ini.
Setelah beberapa lama mencari alamat, akhirnya Rangga mendapat titik cerah juga. Alamat yang Vya berikan sudah ketemu. Namun dia kaget bukan main setelah tahu bahwa lingkungan rumah Vya adalah daerah pelacur. Rangga pun membangunkan Tara.
“Tara... bangun, kita sudah sampai.”ucap Rangga pelan.
Tara yang terbangun dan terlihat masuh mengumpulkan nyawanya satu per satu kaget bukan main sama seperti Rangga.
“Rangga... kamu yakin enggak nyasar? Ini kan tempat pelacuran? Mana mungkin Vya tinggal ditempat seperti ini?” ucap Tara.
“Tadinya juga enggak percaya... tapi pas aku tanya memang ini tempatnya. Dan itu rumahnya, jalan pecur no 13.” ucap Rangga yang seraya menunjuk subuah rumah sederhana.
Sebenarnya Tara masih tidak percaya bahwa Vya tinggal di tempat pelacuran seperti ini, terlebih Vya adalah perempuan. Apakah tidak berbahaya jika seorang perempuan tinggal ditempat seperti ini? Pikirnya.
“Yaudah yuk, kita keluar.... nanti Vya biar aku saja yang menggendong. Dia masih tidur kan?” ucap Rangga
“Iah masih tidur, yaudah yuk.”
Sesaat Rangga keluar dari dalam mobilnya, perempuan-perempuan sekitar lingkungan itu melihatnya dengan tatapan ingin. Entah apa yang dimaksud ingin, namun yang pasti dengan tanda kutip. Rangga tidak terlalu menghiraukan mereka, buatnya mereka itu tidak penting. Rangga menggendong Vya yang masih tertidur pulas, Tara pun mengikuti disampingnya. Sempat diantara mereka melakukan kontak mata, yang sama-sama memberi sinyal waspada.
Akhirnya mereka sampai pada sebuah rumah yang sederhana. Namun yang mereka dapati adalah seorang wanita dan pria hidung belang baru saja keluar dari pintu rumah tersebut. Tara berbisik pada Rangga.
“ Kasihan sekali Vya, mungkin setiap hari dia melihat seperti itu?” bisik Tara.
Tara dan Rangga pun memberanikan diri untuk bertamu kerumah Vya, sekaligus mengantar Vya kerumah.
“Permisi tante, apa benar ini rumah Vya.”
Tante itu terlihat kaget melihat Vya yang sedang digendong oleh Rangga. Tante itu terlihat ingin mengamuk melihat Vya yang sedang tertidur.
“Ayah nya Vya ada tante?”ucap Tara dengan sopan.
“Enggak ada, lagi kerja ! Itu anak enggak tahu diuntung, masih untung gue mau ngidupin dia, eh dia malah tidur-tiduran ! Dasar anak pembawa sial” ucap tante itu dengan nada tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar