Sabtu, 07 Mei 2011

iseng-iseng saja ckckckck

“ Cerita Naydhila”

Setiap orang berhak memiliki haknya masing-masing untuk menjalani kehidupan yang sebagaimana mestinya. Dalam menerima hak tidak ada pengecualian entah orang itu cantik, ganteng, normal, cacat ataupun yang lainnya, hak memiliki kehidupan yang layak adalah milik semua umat manusia.
Di sudut rumah yang sederhana itu terlihat seorang gadis remaja yang duduk dengan kedua tongkat di sampingnya, memandang lurus ke arah lapangan yang ramai di samping rumahnya. Gadis manis itu bernama Naydhila Anugrah Fitri, tapi kebenyakan orang memanggil gadis manis dan pintar itu dengan Dhila. Terdengar dari dalam rumah panggilan seorang perempuan yang tak lain adalah ibunya.
“ Dhila, ono nde ndi….ndok??” teriak ibu ( logat jawa ibu Nena, ibunya Dhila tidak bisa dihilangkan).
“ Dalem bu, Dhila di teras rumah” sahut Dhila ( Dhila lahir di Jakarta saat ayahnya sedang dinas di sana, dan tinggal hampir 3 tahun di Jakarta jadi logat Dhila tidak medok jawa seperti ibunya  )
Ibu Nena(ibunya Dhila), langsung menuju ke teras rumah untuk menghampiri anak semata wayangnya itu.
“ Dhil, ya opo sih kamu…ngelamun bae kerjaanmu,ngelamunin opo toh ndok?” Tanya ibunya
“ Tidak ada apa-apa kok bu, aku cuman masih tidak bisa percaya kalau sekarang aku harus pake tongkat untuk berjalan”
3 tahun yang lalu adalah hari-hari terberat yang harus di lewati Dhila. Kecelakaan di TOL itu merenggut ayahnya, dan kaki kanannya. Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengobati Trouma dalam diri Dhila. Maka dari itu juga, ibunda Dhila yang selamat dari kecelakaan itu memutuskan untuk pindah dari Jakarta ke kampung halamannya di Jawa yakni Malang.
“ Hoalahh….sabar toh ndok, iki cobaan…wong banyak orang yang nda seberuntung kamu…iki sek mending ndok sikil kananmu awas ae, sek ono wong dua-duanya kakine lumpuh,bersyukur toh ndok…”
“ Bu, keadaan seperti ini membuat Dhila di jauhi teman-teman. Tidak ada yang menyukai Dhila.”
“ Waduh….ya opo sih ndok, jodoh bukan kamu yang ngatur. Lah, iki lamunanmu ndok ! Wes… saiki gini wae, belajar yang bener ibu percaya kamu bisa.”
“ Makasih yah bu, aku sayang ibu.”
Ibunya yang selalu memberi semangat kepada Dhila, walaupun ibunya sadar bagaimana rapuhnya hati anaknya itu. Ibunya selalu menginginkan yang terbaik untuk anak semata wayangnya itu. Walaupun semua hartanya harus habis untuk biaya kesembuhan anaknya.
**keesokan harinya di sekolah**
Pagi-pagi sekali Dhila sudah berangkat ke sekolah, kedua tongkatnya sekarang menjadi teman setia dalam perjalanannya. Sesampainya masuk di gerbang sekolah Dhila terkejut dengan cipratan air yang mengenai seragamnya dari sebuah mobil mewah. Mobil mewah itu berhenti tidak lama setelah kejadian yang memalukan tersebut, semua orang di sekitar pun melihat ke arah Dhila. Tidak tahan lagi menahan rasa kesal, Dhila pun langsung meluapkan amarahnya.
“ Eh…kalau enggak bisa nyetir mobil..mending enggak usah belagu deh!!”
“ Woyy santai…gua enggak sengaja. I`m Sorry….gua siswa baru…baru aja 3 hari gua sekolah di sini. Jadi tolong maklumin yah?” Sahut cowo yang keluar dari mobil tersebut.
Ternyata yang keluar dari mobil itu adalah seorang cowok cakep,tinggi,putih. Sempat Dhila terpesona, tapi mengingat kekesalan dia pesona cowo itu hilang di telan amarahnya.
“ Mau baru atau enggak, itu bukan urusan gua…yang penting itu tanggung jawab lu gimana??”
“ ok…gua akan tanggung jawab kok. “
Cowo itu langsung ke mobil mengambil sesuatu, ternyata cowo itu ngambil seragam punya dia di dalam mobilnya.
“ Nih, lu pake aja baju gua…yang penting lu gak masuk angin dulu!”
“ Yaudah sini,makasih buat tanggung jawab lu.”
Dhila pun berlalu, namun sepertinya cowo itu menyukai Dhila. Pandangan cowo itu tidak berpaling dari tubuh Dhila. Cowo itu pun meneriakan namanya.
“ Hey nama gua RAKA.”
Sayang Dhila tidak dapat mendengar teriakan Raka. Bel tanda masuk pun berbunyi seperti suara di stasiun Kereta Api. Dhila pun bergegas ke kelas dengan berusaha sekuat tenaga karena dia sudah telat beberapa menit, dia berjalan menuju kelas dengan kedua tongkatnya. Sesampainya di kelas dia benar-benar mendapat kejutan.
“ I`m Sorry sir, I came late some minutes today”
“ ok, its no problem, you can join in my class today but you can`t yours this mistake again.”
“ Thank you “
Beruntung sekali Dhila masuk kelas terlambat saat pelajaran bahasa inggris. Pak Ando guru bahasa inggrisnya sangat simpatik dengan Dhila, beliau tidak pernah memarahi Dhila. Saat Dhila menduduki tempat duduknya, dia kaget bukan main. Seseorang yang duduk di sampingnya tidak lain adalah cowo nyebelin yang tadi.
Cowo itu memang terlihat suka pada pandangan pertama. Sebenarnya jauh dari kekesalannya pun dia menyimpan perasaan terhadap Raka, cowo yang baru di kenalnya tadi pagi.
“ Hai, Aku Aldy Rhaka Ramadhan, tapi kamu panggil aku saja dengan Raka”
“ Apaan sih lu…berisik, Siapa yang nanya nama lu.”
“ Ini suatu perkenalan cinta, nama lu siapa?”
Dhila tidak membalas pertanyaan dari Raka, tapi Raka tidak bisa memalingkan mata dari wajah Dhila yang Ayu. Pelajaran pun selesai. Saat istirahat Raka selalu mengikuti kemana Dhila pergi, rasanya tidak pernah Raka merasakan jatuh cinta seperti ini. Raka adalah orang yang cuek tidak pernah mengenal jatuh cinta kepada cewe, berbeda saat dia mengenal Dhila seorang cewe yang menurut dia sangat luar biasa. Rasa sayang dia sangat terlihat ketika Dhila sedang menjadi bahan ledekan teman-temanya.
“ Hai cewe…ehh salah cewe cacat maksudnya!! HAHAHAHA” sekumpulan cowo-cewe itu mencoba menghina Dhila.
Dhila hanya bisa menunduk, dan Raka cepat-cepat mengambil tindakan.
“ Jangan perrnah lu semua ganggu cewe gua. Ngerti !!” dengan nada yang yakin Raka menyentak.
Raka dan Dhila pun meninggalkan genk tersebut. Saat berjalan tiba-tiba saja Raka bertanya-tanya.
“ emmm..maaf soal tadi.”
“ iah enggak papa, gua udah biasa. Oh iyaa nama gua Dhila, sebenernya keadaan gua dulu normal sama kayak yang lain tapi kecelakaan itu udah ngerubah semuanya. Kecelakaan itu udah ngerebuat ayah yang sangat gua cintai dan kaki kanan gua ini jadi lumpuh, tapi gua beruntung masih punya nyokap yang sangat sayang sama gua, maaf jadi curhat gini.”
“ enggak papa..sebenernya gua udah tau lu karena lu adalah temen kecil gua waktu lu masih tinggal di Jakarta, memang kita enggak pernah main tapi jujur gua selalu merhatiin lu. Karena itu gua pindah dari Jakarta ke sini demi ketemu putri impian kecil gua,yaitu lu dhil”
Tanpa terasa aliran air mata Dhila pun mengalir membasahi lembut pipinya. Raka mengeluarkan sapu tangannya dan menghapus air mata dhila.
“ Apa lu yakin? Tapi kita aja baru kenal”
“itulah cara gua buat ngerebut hati lu”
Raka pun mengutarakan perasaannya kepada Dhila, tanpa di sangka pertemuan dan perkenalan yang singkat ini mengikat mereka pada suatu hubungan, dengan kata lain Dhila menerima cinta Raka. Dhila merasa bahwa Raka menyayangi dia dengan tulus dan Raka dapat menerima kekurangan dari Dhila terlebih bahwa Rhaka adalah teman kecilnya sewaktu di Jakarta walaupun tidak ada perkenalan sebelumnya.
“ aku seneng banget karena ternyata aku enggak sia-sia pindah ke Malang buat ketemu kamu, dulu aku Cuma sebagai pengagum saja tapi sekarang aku sebagai pacar kamu seperti mimpi.”
“ aku tidak pernah menyangka hal seperti ini, terimakasih buat kebahagiaan ini”
Mereka duduk di taman, bercerita canda dan tawa namun tiba-tiba saja Raka pergi ke arah kolam ikan Dhila hanya dapat duduk karena tidak mungkin dia mengikuti raka yang berdiri di pinggir-pinggir kolam ikan di taman sekolah.
“ Aduuhh …. Aduuhh”
Tiba-tiba saja keseimbangan Raka tidak stabil, Dhila pun melihat Raka yang akan terjatuh ke kolam ikan. Tanpa berpikir panjang Dhila pun berlari dia lupa dengan tongkanya, dia berlari ke arah Raka dan memeluk Raka agar Raka tidak terjatuh ke kolam ikan itu.
“ Dhil…kamu…kamu udah bisa jalan”
Dhila pun melepas pelukan Raka, dia tersadar bahwa dia tadi berlari kearah Raka dan sekarang berdiri tanpa tongkat, menurutnya hari ini adalah keajaiban yang di berikan Allah kepadanya atas kesabarannya selama ini, dan ternyata Raka hanya pura-pura jatuh ke dalam kolam dan ternyata acting nya berhasil.
“ Raka aku bisa….makasih ka,aku senang bisa jadi yang spesial buat kamu, hadirnya kamu sudah mengubah semuanya…aku pingin memberi tau kabar bahagia ini sama ibu di rumah,”
“ yasudah nanti aku antar kamu pulang sekalian berkenalan sama calon mertua”
Terjadilah saling canda di antara mereka. Inilah hari yang paling membahagiakan buat Dhila dan juga penantian Raka. Kata cinta bukanlah sebuah pembuktian tapi ketulusan dan perbuatan adalah sebuah pembuktian sayang ataupun cinta yang sejati. Kesabaran yang ikhlas lebih berarti di bandingkan dengan kesabaran yang berharap pamrih.





-Selesai-
_TERIMA KASIH  _

Tidak ada komentar:

Posting Komentar